Sekolah Nir Kekerasan

 

Bermula dari keprihatinan terhadap tindak kekerasan anak yang sudah memasuki tahap gawat darurat, sebuah organisasi berlabel Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) akhirnya terketuk hati. Mereka mewujudkan aksi keprihatinan  melalui pelatihan-pelatihan dan penerbitan sebuah buku berjudul Sekolah Nir Kekerasan.

Buku ini ditulis  para diaspora Indonesia. Di dalamnya diulas  pengalaman praktis para orangtua dan pemerhati pendidikan. Para penulis bercerita tentang potret di belahan dunia,  sekolah menjadi tempat menyenangkan dan aman bagi anak.

Jika ditelisik dari kumpulan tulisan dalam buku ini, Australia merupakan negara yang menaruh perhatian besar terhadap kekerasan anak. Keseriusan itu tecermin dari penetapan hari khusus setiap 20 Maret bernama National Day Action Against Bullying and Violence. Tujuannya membangkitkan kesadaran kolektif guna memerangi aksi kekerasan  (hlm 184).

Dalam ranah praktis, di Australia kultur positif di sekolah dibangun sejak dini. Misalnya, pola-pola pembelajaran apresiatif, empati, dan peduli. Konsep Buddy (teman) adalah salah satunya. Buddy memberi pendampingan pada siswa baru agar bisa beradaptasi dengan suasana serbabaru. Seorang Buddy  biasanya setahun lebih tua dari siswa baru. Konsep ini secara alamiah melatih  senior agar melindungi  yunior. Dengan kata lain, menjadi kuat tidak harus menganiaya yang lemah (hlm 63-64).

Metode cukup unik juga diterapkan di Kanada. Siswa SD dididik untuk saling menghormati tak hanya antarteman, tapi juga semua jenis pekerjaan. Seminggu sekali siswa diajak bermain peran terkait aktivitas keseharian dan beberapa pekerjaan tertentu. Seting bermain dibuat seolah nyata dengan menyelipkan nilai-nilai moral dalam permainan. Dari sinilah siswa belajar menghormati orang lain, sabar mengantre, saling menolong, sopan santun, dan bertanggung jawab (hlm 122).

Lain negara beda pula metodenya. Di Norwegia untuk tingkat SD peringkat kelas dan pencapaian akademis bukan menjadi prioritas. Ujian tiap semester dilaksanakan  untuk memetakan kemampuan akademis siswa. Hasil akhir (rapor) hanya berisi grafik disertai komentar guru.

Hal tersebut diterapkan agar belajar menjadi kegiatan sukacita,  bukan semata-mata mengejar angka. Sosialisme pergaulan, kebahagiaan, ketenangan, dan rasa aman ketika siswa di sekolah menjadi fokus pendidikan  Norwegia, khususnya pendidikan dasar sebagai pondasi utama (hlm 9-10).

Sekolah tingkat dasar di mancanegara memperlakukan dan mendidik anak-anak dengan penuh perhatian. Dengan kondisi seperti itu tentu sekolah akhirnya menjadi taman yang menyenangkan bagi anak. Hal tersebut, sejatinya sembilan dekade silam pernah dilontarkan Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantoro. Taman merupakan metafora tempat menyenangkan yang menjadi bagian dari proses tumbuh kembang sang anak.

Hal senada juga pernah dituangkan oleh mendiang YB Mangunwijaya dalam bukunya Pendidikan Pemerdekaan(2004). Menurut Romo Mangun, dari segala jenjang pendidikan, sekolah dasar (SD) adalah segalanya. Salah satu obsesi Romo Mangun, SD harus dikembangkan dan diselenggarakan sebaik-baiknya. Anak menjadi subjek. Orientasi diarahkan pada perkembangan psikologi anak.

Di titik ini sepatutnya kita renungkan goresan indah seorang pendidik dan ahli konseling keluarga tersohor, Dorothy Law Nolte dalam puisi bertajuk Children Learn What They Live. Anak-anak akan belajar dan tumbuh berkembang dari lingkungannya. Jika anak dibesarkan dengan celaan, dia belajar memaki. Sebaliknya, jika anak dibesarkan dengan pujian,  akan belajar menghargai.Informasi Buku

Informasi Buku

Judul               : Sekolah Nir Kekerasan

Penulis           : Novi Poespita Candra, dkk

Penerbit         : Ifada Press, Yogyakarta

Terbit              : I, September 2016

Tebal               : xvi + 232 halaman

ISBN               : 978-602-73558-2-8

Diresensi Ahmad Jauhari, staf di Yayasan Tarbiyatul Wathon, Campurejo, Panceng, Gresik, Jatim.

Sumber:

http://www.koran-jakarta.com/sekolah-sebagai-taman-yang-menyenangkan/

1 Comment

  1. Kekerasan pada anak seringkali terjadi oleh orang tua kepada anak, bahkan sesama anak-anak pun mereka saling membully.
    Hal ini tentunya membutuhkan perhatian yang khusus, ini merupakan salah satu bukti pentingnya pendidikan karakter sejak dini untuk anak-anak oleh keluarga.

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*