Sosialisasi Pendidikan Keluarga pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)

DISDIK (09/10) Dinas Pendidikan Kabupaten Blora bekerjasama dengan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan Sosialisasi Pendidikan Keluarga pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Bertempat di Hotel Arra Amandaru Cepu, Blora, acara dibuka pukul 09.30 WIB oleh Bupati Blora yang diwakili Sekretaris Daerah Kabupaten Blora, Drs. Komang Gede Irawadi, S.E., M.Si, dihadiri pula oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blora, Drs. Achmad Wardoyo, M.Pd, serta tamu undangan Camat Cepu, Camat Sambong, Camat Jiken, Camat Bogorejo dan Camat Kedungtuban.

Sekretaris Daerah Kabupaten Blora, Drs. Komang Gede Irawadi, S.E., M.Si, membuka Sosialisasi Pendidikan Keluarga pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan di Hotel Arra Amandaru Cepu Blora

Kegiatan sosialisasi dilaksanakan selama 5 hari dengan 5 angkatan mulai dari tanggal 2 hingga 6 Oktober 2018. Menghadirkan pula narasumber dari Kasubdit Kemitraan Direktorat Pembinaan pendidikan Keluarga Ditjen PAUD DIKMAS Kemdikbud RI, Drs. A. Hendra Sudjana, M. Ed, serta fasilitator daerah sebanyak tiga orang yaitu, Priyadi, S.E, M.Si, Rusman, S.Pd, dan Tri Marheni Sulistyowati, S.Pd, M.Pd. Peserta Sosialisasi  merupakan perwakilan masyarakat dari masing-masing desa/kelurahan, yang terdiri dari 3 orang yaitu kepala desa/lurah, ketua Tim Penggerak PKK, dan pengelola PAUD. Total peserta 885 orang yang terbagi dalam 5 angkatan:

  1. Angkatan 1, jumlah peserta 171 orang berasal dari Kecamatan Cepu, Kecamatan Sambong, Kecamatan Jiken, Kecamatan Bogorejo, serta desa yang ditunjuk sebagai Desa Prioritas yaitu Desa Cabean, Desa Kapuan, Desa Getas, Desa Sumberpitu, Desa Bangowan, Desa Temurejo, Desa Patalan, Desa Adirejo, Desa Klokah, dan Desa Jetak.
  2. Angkatan 2, jumlah peserta 180 orang berasal dari Kecamatan Blora, Kecamatan Tunjungan dan Kecamatan Banjarejo.
  3. Angkatan 3, jumlah peserta 180 orang berasal dari Kecamatan Jepon, Kecamatan Japah, dan Kecamatan Kedungtuban.
  4. Angkatan 4, jumlah peserta 171 orang berasal dari Kecamatan Randublatung, Kecamatan Kradenan, dan Kecamatan Ngawen
  5. Angkatan 5, jumlah peserta 183 orang berasal dari Kecamatan Todanan, Kecamatan Kunduran dan Kecamatan Jati

Sosialisasi dilatarbelakangi oleh kondisi Indonesia yang berada di posisi kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting. Stunting adalah masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizinya. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar tentang peningkatan prevalensi stunting nasional, mencapai 37,2% pada tahun 2013 dibandingkan pada tahun 2010 sebesar 35,6% dan 2007 sebesar 36,8%. Dimana kondisi pertumbuhan tak maksimal ini diderita oleh sekitar 8,9 juta anak Indonesia, atau satu dari tiga anak Indonesia. Angka ini lebih tinggi dibandingkan prevalensi stunting di negara Asia Tenggara yang lain seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan Thailand (16%). Kabupaten Blora sendiri termasuk dalam 100 Kabupaten/Kota prioritas penurunan stunting.

Stunting terjadi ketika janin masih berada dalam kandungan dan baru nampak ketika anak berusia dua tahun. Kurangnya asupan gizi pada usia dini dapat meningkatkan angka kematian bayi dan anak sehingga saat dewasa mudah sakit dan memiliki postur tubuh terlalu pendek untuk usianya. Selain itu juga mempengaruhi kemampuan kognitif anak dan fungsi tubuh yang tidak seimbang. Di usia tua pun seorang yang stunting bisa berisiko terkena penyakit yang berhubungan dengan pola makan.

Kasubdit Kemitraan Direktorat Pembinaan pendidikan Keluarga Ditjen PAUD DIKMAS Kemdikbud RI, Drs. A. Hendra Sudjana, M. Ed saat memaparkan tentang stunting

“Namun, orang yang pendek belum tentu stunting. Karena stunting tidak hanya dilihat dari fisiknya saja tetapi juga dari kecerdasan atau kemampuan kognitifnya. Orang yang stunting pertumbuhan syaraf di otaknya tidak maksimal,” jelas Hendra saat memaparkan definisi stunting.

Kendati demikian kondisi stunting dapat dicegah diantaranya dengan pemenuhan zat gizi bagi ibu hamil, ASI ekslusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya, pemantauan pertumbuhan balita di posyandu dan peningkatan akses air bersih dan fasilitas sanitasi.

Oleh sebab itu masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan merupakan masa penting yang berpengaruh pada perkembangan anak secara keseluruhan. Dihitung dari sejak anak berada dalam kandungan (9 bulan/ 270 hari) hingga berusia dua tahun (730 hari). Perkembangan anak dipengaruhi oleh pengasuhan yang diterapkan dalam keluarga. Faktanya sebanyak 40% kondisi stunting ditemukan pada keluarga berkecukupan karena asupan gizi tidak seimbang di tengah kehidupan modern yang marak dengan makanan serba instan.

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat sehingga penting untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perwakilan masyarakat desa tentang Pendidikan Keluarga pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan dan mendorong perwakilan masyarakat desa untuk memperkuat Pendidikan keluarga pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan di wilayah masing-masing.